Assalamualaikum.
Ketika masuk kediaman beliau seperti terdengar suara tangisan beliau saat dilahirkan, langkah kaki beliau saat masih kecil berlarian di sekitar rumah, dan terbayang beliau sedang duduk di sebuah kursi yang terbuat dari rotan dengan membawa sebuah buku. Seakan-akan orang yang besar lahir dalam sebuah keluarga yang sederhana dalam kehidupan tetapi hebat dalam berbagai urusan.
Itu tadi adalah sepotong kisahku ketika aku pertama kalinya datang menginjakkan kaki di Bukit Tinggi, Sumatra Barat. he…he…
Perjalananku ini di awali pada saat aku bersama-sama teman-teman kuliah mengadakan workshop pada tanggal 25 Oktober 2016 di Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat,Sumatra Barat. Kenapa memilih diadakan di Sumatra Barat? biayanya kan mahal? Ya karena ini tugas dari kampus, mahal atau tidak mahal harus dilaksanakan, intinya kegiatan workshop harus dilaksanakan di daerah luar Jawa. Selain itu ada teman kami yang berasal dari daerah sana bernama Uda Doni.
Whussss…. Akhirnya pesawatku meluncur dari Bandara Juanda Surabaya menuju ke Bandar Udara Internasional Minangkabau, Sumatra Barat. Sepanjang perjalan di dalam pesawat aku melihat terdapat bukit yang memanjang ketika mendekati Pulau Sumatra. Temanku menyampaikan kalo itu bukit barisan yang memanjang melewati propinsi di seluruh Pulau Sumatra. Alhamdulillah tibalah kami di Bandara, segera kami mencari mobil yang sudah kami pesan sebelumnya. Beberapa menit kami menunggu tidak sampai-sampai, untuk mengisi waktu luang kami mengambil beberapa gambar yang ada di sekitar bandara tersebut.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang, sebuah mobil menghampiri kami di depan bandara. Satu persatu tas kami masukkan ke dalam mobil dan kamipun ikut masuk. Beberapa menit perjalanan terasa perut melilit, sepertinya cacing yang ada di perut mulai berulah alias kelaparan…ha..ha.. Akhirnya mampirlah kami ke salah satu rumah makan padang yang terkenal Kota Padang. Satu persatu makanan disajikan, aroma makanan yang khas membuat mulut ini tidak sabar untuk mencicipi semua jenis makanannya. Mantap!!! Baru pertama kali ini aku merasakan nikmatnya masakan asli Padang yang sudah terkenal dimana-mana. Seakan-akan masakan mulut tidak mau berhenti untuk tamasya ke makanan yang lainnya. he….
Usai kami makan tidak lupa kami mampir ke Masjid Terbesar di Kota Padang yaitu Masjid Raya Sumatra Barat. Masjid ini memiliki bentuk yang sangat unik, atapnya berbentuk tanduk kerbau berjumlah 4 seperti ciri kas rumah padang. Masjidnya sangat besar dan luas di sekitarnya terdapat taman-taman yang sangat memanjakan mata. Arsitekturnya yang sangat elok ini yang membuat masjid ini selain digunakan untuk beribadah juga digunakan untuk tujuan rekreasi religius. “Selain itu bangunan masjid ini lantainya di buat agak tinggi dengan alasan untuk tempat pengungsian jika sewaktu-waktu terjadi banjir atau tsunami”. kata temenku Uda Doni. Masya Allah kekaguman hari ini terhadap kota ini semakin dalam.
Perjalanan pun kami lanjutkan menuju ke lokasi Workshop. Setiap perjalanan yang kami lalui, terdapat pohon-pohon kelapa sawit yang besar. Ini pertama kalinya aku melihat pohon kelapa sawit… maklum tinggalku di Jawa he..he… Cukup panjang perjalanan kami, akhirnya sampailah kami di rumah Uda Doni. Sambil istirahat di rumah kami berdiskusi materi yang akan disampaikan untuk workshop keesokan harinya.
Keesokan harinya kami bersilaturahmi terlebih dahulu ke dinas pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat dan menyampaikan niat kedatangan kami. Setelah itu kita berkunjung terlebih dahulu ke sekolah yang mana akan diadakan workshop. Kami berdiskusi dengan kepala sekolah tentang persiapan workshop. Disela-sela diskusi bertemulah kami dengan beberapa guru di sana. Tak disangka ternyata ada seorang guru yang asalnya dari Solo satu daerah yang sama denganku. Di daerah Kinali ini ternyata terdapat beberapa lokasi yang penduduknya banyak dari daerah Jawa. Bahasa yang digunakan pun masih kental dengan logat Jawanya.
Hari yang dinanti tiba, saatnya kami bekerjasama dalam satu tim untuk melaksanakan workshop. Materi yang kami sampaikan adalah tentang pembuatan media pembelajaran interaktif dengan menggunakan power point. Kegiatan dimulai dengan penampilan tarian khas dari Kinali Pasaman Barat untuk menyambut tamu. Siswa siswi menaridengan lincahnya seakan-akan mereka berada di dalam sebuah pentas. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari tuan rumah, ketua panitia, perwakilan dari Dinas Pendidikan, dan perwakilan dari UNESA. Setelah itu dilanjutkan materi selama 2 hari. Alhamdulillah, kegiatan berjalan dengan lancar dan sukses. Kegiatan diakhiri dengan pemberian sertifikat kepada seluruh peserta workshop.
Setelah kegiatan workshop sengaja kami menyisakan waktu satu hari untuk berkeliling-keliling di daerah Sumatra Barat. Karena kegiatan berakhir sore hari maka jalan-jalan dilakukan pada saat itu juga. Malam harinya sampailah kami di Kota Bukit Tinggi. Di Kota Bukit Tinggi ini kami mencari penginapan untuk beristirahat. Lama kami berkeliling mencari penginapan akhirnya ketemulah sebuah rumah kecil dengan beberapa kamar di dalamnya. Kami memutuskan untuk menginap di sana.
Malam sebelum tidur kami jalan-jalan di kota tersebut. Dari kejauhan nampak sebuah bangunan menjulang tinggi menyerupai tugu dengan bentuk rumah gadang bagian atasnya. Aku dan teman-temanpun mencoba menghampirinya, semakin mendekat tampak sebuah jam yang sangat besar di bawah rumah gadangnya. Dalam hati sempat bertanya-tanya apakah ini ya yang disebut Jam Gadang? Setelah benar-benar dekat baru aku memastikan bahwa benar inilah Jam Gadang yang merupakan ikon dari Kota Bukit Tinggi. Serasa tidak percaya bahwa aku bisa melihat secara langsung bagaimana bentuk dari jam Gadang ini. Tidak terlewatkan aku pun mengambil foto dari berbagai sudut dari Jam Gadang ini. Sungguh Gagah dan eloknya bangunan dari jam gadang ini. Sejak Zaman Belanda sampai sekarang masih kokoh berdiri….
Tidak puas hanya melihat jam gadang tersebut, kamipun melanjutkan perjalanan di Kota Bukit Tinggi ini. Kami mengunjungi pusat perbelanjaan yang ada di kota ini. Banyak pernak-pernik barang yang dijual. Souvenir dengan bahasa melayu yang khas, baju dengan berbagai motif tempat-tempat wisata yang ada di Bukit Tinggi, kain-kain bordir kas Bukit Tinggi dan banyak lagi barang-barangnya. Tak terasa sudah beberapa jam kami berkeliling di Kota ini. Kaki ini sudah terasa pegal ingin segera istirahat mengingat besok masih ada tempat-tempat menarik lagi yang akan dikunjungi. Kami pun kembali di penginapan dan istirahat.
Suara keramaian mobil sudah tidak terdengar lagi, terdengar suara adzan pertanda waktu sudah menjelang pagi. Perjalanan kami lanjutkan setelah melaksanakan sholat subuh. Tempat yang akan kita tuju adalah Kelok Sembilan, Danau Maninjau dan Goa Jepang, Ngarai Sianok dan tempat kelahiran Sang Proklamator Indonesia, Moh. Hatta.
Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Kelok Sembilan. Kelok sembilan berada di Kota Paya Kumbuh, Sumatra Barat menuju ke Riau. Kelok Sembilan ini merupakan jaman yang berkelok-kelok sangat tajam dan menanjak. Pembangunan jalan Kelok Sembilan sudah dimulai sejak jaman Belanda, kemudian mulai diperbaiki pada ltahun 2003. Sekarang jalannya sangat lebar dan halus. Ketika di atas kita akan menemukan beberapa penjual makanan. Sambil menikmati indahnya pemandangan Bukit Barisan di Kelok Sembilan, kami membeli beberapa makanan di situ…
Seusai ke Kelok Sembilan kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Maninjau. Sepanjang perjalanan kami melintasi Danau yang sangat luas. Danau ini terletak di Wilayah Agam Sumatra Barat. Dalam perjalanan banyak ditemukan rumah-rumah gadang yang masih kuno. Setelah saya tanya ke Uda Doni ternyata jumlah tanduk pada rumah gadang di setiap tempat berbeda-beda. Di Danau Maninjau ini juga terdapat cerita rakyat alkisah ada seorang gadis menjalin kasih dengan pemuda bernama Sigiran, tetapi kisah cinta berujung dengan munculnya fitnah dari kesembilan bujang. Para bujang ini menuduh hubungan yang terjadi antara keduanya telah melampaui batas norma masyarakat. Dengan tuduhan yang dilontarkan oleh kesembilan saudaranya, sang gadis beserta kekasihnya kemudian bersumpah. Keduanya akan melompat ke kawah Gunung Tinjau (Sitinjau) untuk membuktikan kesucian diri mereka. Sebelum melompat, mereka berkata dengan lantang, jika mereka bersalah maka gunung tersebut tidak akan meletus, tetapi jika mereka berdua tidak bersalah maka gunung tersebut akan meletus. Kisah ini pun berakhir dengan meletusnya Gunung Sitinjau sehingga membuktikan keduanya tidak bersalah. begitulah ceritanya.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Goa Jepang Bukit Tinggi. Goa ini merupakan goa yang dibangun oleh Jepang ketika berada di Bukit Tinggi. Saat mau memasuki gua kami harus menuruni sebuah tangga yang sangat tinggi dan curam, dalamnya sekitar 10 meter. Di dalam tercium aroma kas tanah dalam goa. Banyak sekali lubang yang terdapat dalam goa ini. Ketika di dalam aku mencoba membayangkan suasana goa ini pada saat masih digunakan. Terdapat beberapa ruangan yang sangat menakjubkan, ada ruangan amunisi sebagai tempat untuk menyimpan amunisi senjata. Ada ruangan sidang yang merupakan tempat dimana pimpinan tentara jepang malakukan diskusi dan rapat. Ada dapur tempat memasak dan ada ruang penjara tempat memenjarakan para tahanan Jepang yang merupakan rakyat Indonesia. Selain itu juga terdapat ruang pengintaian. Keluar dari Goa Jepang kami menuju ke sebuah ngarai yang terkenal di Bukit Tinggi yaitu Ngarai Sianok. Hamparan sawah yang luas di lembah dan tebing yang tegak, tinggi dan gagah menjadi pemandangan yang sayang untuk dilewatkan. Selain itu terdapat replika tembok seperti Tembok Besar Cina. Untuk menuju ke Tembok tersebut kami harus melewati jembatan gantung yang sudah ada sejak jaman Jepang.
Perjalanan terakhir kami adalah menuju sebuah Museum yaitu Museum kelahiran Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia ” Moh. Hatta”. Ketika masuk ke kediaman beliau seperti kami melihat kehidupan beliau sehari-hari. Seakan-akan terdengar suara tangisan beliau saat dilahirkan, langkah kaki beliau saat masih kecil berlarian di sekitar rumah, dan terbayang beliau sedang duduk di sebuah kursi yang terbuat dari rotan dengan membawa sebuah buku. Seakan-akan orang yang besar lahir dalam sebuah keluarga yang sederhana dalam kehidupan tetapi hebat dalam berbagai urusan.
Banyak kenangan-kenangan beliau yang masih tersimpan dengan baik di dalam museum ini. Bangunan yang terbuat dari kayu betingkat dua masih sangat terawat. Foto ayah, bunda, paman beliau tertempel di dinding rumah ini. Penghargaan-penghargaan yang beliau peroleh juga terpampang di sebuah meja di rumah ini. Tempat tidur, ruang makan, dan taman yang terletak di belakang dan depan rumah seakan-akan rumah ini masih ditinggali. seperti itulah keadaan rumah beliau dilahirkan.
AKhirnya malampun tiba kami bersiap-siap untuk kembali ke Padang dan melanjutkan perjalanan pulang ke Surabaya. Rasanya masih ingin tinggal lama di Kota Bukit Tinggi ini. Semoga ada kesempatan lain kali untuk berkunjung ke sini lagi,,, amiiinn